Istana Kepresidenan Tampak Siring adalah satu di antara 6 Istana Kepresidenan yang ada di Indonesia. Berada di dataran tinggi 700 mdpl, Istana Kepresidenan Tampak Siring terletak di Desa Tampaksiring, Kecamatan Tampaksiring Kabupaten Gianyar. Nama Istana Kepresidenan Tampak Siring diambil dari dua kata yang berasal dari Bahasa Bali yaitu Tampak yang berarti telapak dan Siring yang berarti miring. nama Tampaksiring sendiri berasal dari legenda yang terekam dalam Daun Lontar Usana Bali yang menceritakan bahwa nama Tampaksiring berasal dari bekas tapak kaki Raja Mayadenawa. Raja Mayadenawa yang berjalan dengan kaki yang dimiringkan dan melintasi hutan, dan kawasan itulah yang dikenal dengan nama Tampaksiring.
Istana Tampak Siring yang berada di dataran tinggi menjadikan suhu yang ada di sekitar istana terasa sangat sejuk, ditambah dengan pemandangan yang begitu asri menarik banyak minat pengunjung lokal maupun mancanegara. Kompleks Istana Tampak Siring ini berada di lahan seluas lebih dari 19 hektare dengan bangunan-bangunan yang dibangun secara menyebar.
Istana Tampak Siring yang berada di dataran tinggi menjadikan suhu yang ada di sekitar istana terasa sangat sejuk, ditambah dengan pemandangan yang begitu asri menarik banyak minat pengunjung lokal maupun mancanegara. Kompleks Istana Tampak Siring ini berada di lahan seluas lebih dari 19 hektare dengan bangunan-bangunan yang dibangun secara menyebar.
Awal mula Istana Kepresidenan ini dibangun atas dasar inisiatif dari Presiden pertama Republik Indonesia Soekarno yang menginginkan tempat yang tenang dan bagus untuk beristirahat bagi Presiden dan keluarga dan juga bagi para tamu-tamu kenegaraan yang datang berkunjung. Bangunan awal di Istana Kepresidenan adalah Wisma Merdeka dan Wisma Yudistira yang dibagun pada tahun 1957 yang dikerjakan oleh seorang arsitek bernama RM Soedarsono. Secara perlahan-lahan Istana Kepresidenan dikembangkan hingga memiliki lima gedung utama dan satu pendopo dan selesai dibangun pada tahun 1963.
Di Istana Kepresidenan ini terdapat dua gedung utama yakni Wisma merdeka yang memiliki luas 1.200 meter persegi dan Wisma Negara dengan luas 1.476 meter persegi. Dua gedung utama ini dipisahkan oleh celah bukit dan dihubungkan dengan sebuah jembatan sepanjang 40 meter yang diberi nama jembatan Persahabatan. Nama Jembatan Persahabatan digunakan karena tamu-tamu dari negara sahabat yang datang berkunjung selalu melalui jembatan ini sehingga dinamakan seperti itu.
Tiga nama gedung lainnya yakni Wisma Yudhistira, Wisma Bima, ruang konferensi dan Balai Wantilan. Yang paling menarik diantara semua gedung tersebut adalah Wisma Merdeka, hal ini dikarenakan Wisma Merdeka dahulunya merupakan bangunan peristirahatan milik Raja Gianyar.
Wisma Merdeka merupakan induk dari semua bangunan yang ada di kompleks Istana Kepresidenan. Suasana Bali sangat terasa di sini, dari bangunan yang bergaya sangat khas Bali hingga pemandangan alamnya yang indah. Selain itu kalian bisa melihat kawanan rusa di sekitar Istana Kepresidenan, karena memang rusa-rusa di sini dipelihara dan dijaga kelestariannya. Tempat penangkarannya pun masih berada satu lokasi dengan Istana Kepresidenan Tampak Siring.
Banyak pengunjung yang berdatangan untuk melihat dan menikmati kenyamanan, keasrian dan keindahan dari Istana Kepresidenan. Jalan yang berliku ketika menuju Istana Kepresidenan tampak sangat indah dan tertata. Namun jika kalian ingin berkunjung ke sini, kalian harus mengajukan surat perijinan minimal seminggu sebelum kedatangan, karena Istana Kepresidenan ini akan ditutup jika ada acara-acara kepresidenan maupun ketika ada tamu kenegaraan yang berkunjung. Kalian tidak akan dipungut biaya apapun untuk masuk ke kompleks ini, namun kalian harus berpenampilan rapi untuk masuk ke sini. Pakaian tanpa lengan dan rok mini tidak akan diijinkan. Membawa makanan dan minuman di wilayah komples juga tidak diperbolehkan.
Artikel dikutip dari : http://www.wisatamurahbali.info/berkunjung-ke-istana-kepresidenan-tampak-siring/
No comments:
Post a Comment